Bissmillah, Assalamu’alaikum
Ada sebuah petuah yang berbunyi ‘diam itu emas’, atau mungkin
teman-teman sudah tidak asing lagi dengan nasehat, ‘mulutmu harimaumu’, benar
juga mulutmu seperti ‘harimau’ yang jika kau salah dalam berucap maka ia tak
akan segan untuk ‘menerkammu’.
Begitulah seyogyanya sebagai manusia hati-hati lah dalam berucap
karena kita adalah makhluk sosial yang so pasti akan berinteraksi dengan banyak
orang yang ada disekeliling kita, keluarga kita, karib kerabat, sahabat maupun
orang diluaran sana. Hanya saja entah kenapa banyak sekali orang-orang yang tak
punya kendali terhadap mulutnya sendiri, khususnya kaum hawa, baik yang masih
ABG, maupun yang remaja apalagi para ibu-ibu begitu juga para mbah-mbah nya
sangat suka bergosip ria, atau sekedar keluar celetuk-celetuk pertanyaan yang
sebenarnya niatnya tidak bertanya tapi untuk menghakimi orang lain.
Pernah saya
dapat curhatan seorang sahabat yang juga tetangga sendiri, dia memutuskan untuk
bercerai dengan suaminya karena sudah sangat sakit hati dengan perkataan
mertuanya sendiri, sudah 6 tahun menjalani biduk rumah tangga tetapi
tanda-tanda hadirnya sang buah hati penyejuk jiwa tak jua ada, dan setiap
tetanggaku itu membeli keperluan (baca pembalut) untuk keperluan tamu
bulanannya sang mertua yang juga penjual toko toserba, selalu mengomentari dan
mencemooh, “tiap bulan kok beli pembalut terus, kapan punya anaknya?” dan
perkataan-perkataan senada yang amat terasa menyakitkaan jika terdengar oleh telinga,
entah kenapa selalu dari pihak istri yang disalahkan, begitu berjalan hingga
bertahun-tahun selama 6 tahun lamanya, dia berobat kesana kemari, makan ini,
minum itu, tak ada hasilnya, akhirnya dia meminta dengan sangat agar suaminya
mau menjalani tes sperma, ternyata, masalahnya bukan pada sang istri, sang
istri baik-baik saja, dan masalahnya ada pada suaminya, suaminya dinyatakan azoospermia
(sperma kosong), dari situlah akar masalah selama ini diketahui sumbernya,
karena kenyataan yang akhirnya terungkap itu dan sakit hati yang teramat sangat
terhadap keluarga suami akhirnya sang istri mengajukan gugatan cerai. Kini sang
istri telah menikah lagi dengan orang lain dan telah di karunia seorang putra.
Dari sepenggal kisah nyata diatas kita bisa menarik kesimpulan
bahwa perkataan yang menyakitkan akan sangat besar dampaknya terhadap orang
lain, akan membekas lama di palung jiwa yang terdalam, ibaratnya engkau telah
menanam paku di hati saudara mu yang lain. Jangan lah jadi 'Lambe Turah'
saudariku muslimah, yang angan dari mulutnya sangat tinggi hingga turah-turah
atau meleber kemana-mana, yang tidak terkendali, menebar duri kesana-kemari,
menggunjing dan berceletuk-celetuk manja yang sebenarnya manfaatnya tak ada
malah mendatangkan mudharat yang amat dahsyatnya. Ada pasangan yang tiga tahun
menikah belum diberi momongan maka langsung berkomentar, “dah 3 tahun nikah kok
belum dapat momongan?” saya mengira itu bukan pertanyaan tapi itu adalah suatu
pernyataan menghakimi, kita tak tau apa yang sudah pasangan suami istri itu
lakukan selama ikhtiar nya agar mendapat momongan, tak perlu ucapan penghakiman
kita pun sebenarnya di dalam hati mereka pasti sedih apalagi masih dapat bonus
ucapan yang seperti sayatan pedang dari kita. Lalu jika melihat anak kecil hampir 3 tahun belum
banyak bicara berkomentar pula “huhuuu kamu kok diem aja, belum bisa ngomong ya
dan bla,,bla,,” kalo yang ini saya denger sendiri curhatan mbak ipar saya yang
anaknya dikomentari tetangga katanya belum bisa ngomong sambil menghinanya, oh
masyaAllah apa salah anak kecil itu kepada si mbak tetangga tadi hingga
dicemooh begitu, terlihat mbak iparku sangat sedih ketika bercerita padaku, dan
masih banyak contoh 'Lambe Turah' lagi.
Hati-hati duhai saudari muslimah
perkataanmu yang engkau anggap sepele itu, jika terjatuh di lautan niscaya akan
menjadi keruh semua air lautan yang semula jernih,, suatu ketika Aisyah ra,
sedang membicarakan salah satu ‘madu’nya, yaitu istri Rasulullah SAW yang lain
Shafiyyah ra, Aisyah ra membicarakan dan memberi isyarat bahwa tubuh Shafiyyah
ra kecil (membicarakan fisik orang lain). Mendengar hal semacam itu Rasulullah
SAW bersabda “Engkau telah mengucapkan kalimat yang jika kau campurkan dengan
air laut niscaya air yang jernih itu akan keruh seluruhnya, Aku tidak pernah
senang mendengarkan cerita tentang seseorang bahwa dia begini dia begitu”
(Sunan Abu Daud kitab Al-Adab No. 4875).
Duhai saudariku muslimah, sungguh sangat banyak contoh dalam
kehidupan nyata 'Lambe Turah' tersebut maka dari itu kita sangat perlu waspada dan
berhati-hati dan juga senantiasa berlindung dan memohon ampun atas
ucapan-ucapan kita yang hanya akan menyakiti orang lain, nasehat ini tentunya
untuk diri penulis sendiri dan saudari-saudari muslimah lainnya agar selalu
berbenah diri menjadi muslimah sejati. aamiin